GOES CIREMAI 2016

GOES CIREMAI 2016

Senin, 04 Juli 2011

--
galeuh subaya sundha
pangeran_pengupas_kacang@eml.cc
DUNIA MAYA YANG MENGHANCURKAN KEHIDUPANKU ¸.¸¸.•*❤ ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bagiku hidup ini sudah tidak ada artinya lagi. Aku selalu mengharapkan
kematian setiap saat.Ya Ilahi… Andai aku tidak pernah dilahirkan dan aku
tidak pernah mengenal dunia ini" Kejadian mengenaskan ini bermula dari
persahabatanku dengan seorang teman.. Nia termasuk maniak internet,
hampir tiada hari dia lewati tanpa membuka internet, hal ini membuatku
merasa ingin tahu dunia maya tersebut. Selama masa tersebut aku sering
"perang" dengan suami, tuntutanku agar ia setuju kami berlangganan
internet di rumah.Dia sangat menentang usulan tersebut, aku berusaha
meyakinkannya bahwa aku sering merasa kesepian dan jenuh yang sangat
menyiksa, jika harus tiap hari di rumah tanpa ada yang dikerjakan,
sementara orang tua dan sanak keluarga juga jauh. Setelah melalui rayuan
dan rengekan yang cukup lama akhirnya suamiku setuju. Kini, setiap hari
aku berinternet ria dengan teman-teman. Suamiku tidak lagi mendengar
keluhan atau omelanku. Setiap kali ia keluar rumah, aku langsung
aktifkan internet. Sedemikian antusiasnya nyaris seperti orang gila.
Duduk berjam-jam di depan komputer, kagak ade matinye. Aku mulai sering
berharap dia jarang dirumah, walaupun aku masih tetap mencintainya.
Mengunjungi keluarga dan orang tua sudah mulai aku tinggalkan. Aku
benar-benar sudah menjadi maniak internet. Suamiku sering cemburu dengan
kebiasaan baru ini. Memang aku akui, mengurus anak dan suami sudah
semakin jarang aku lakukan. Ringkasnya aku sudah mengabaikan semuanya.
Dulu aku sering meneleponnya sampai puluhan kali, ketika ia sedang di
luar rumah. Hanya sekedar untuk mendengar suaranya atau bermanja ria.
Sekarang dia tidak lagi mendengar suaraku lewat HP-nya, kecuali jika ada
kebutuhan rumah tangga yang sangat penting. Itu pun sangat jarang
terjadi. Aku faham dia sangat cemburu dan mulai uring-uringan, namun
ketagihan dan keasyikan berchating ria membuatku nggak ambil pusing
dengan kondisinya. Aku mulai sering menjalin hubu-ngan dengan nama-nama
samaran, yang aku tidak tahu apakah pemilik nama-nama itu laki-laki atau
perempuan. Aku berdialog dengan siapa saja yang menyapaku lewat chating.
Dari seluruh teman chatingku, ada satu yang membuat aku menaruh
perhatian besar kepadanya, sebut saja namanya Robert. Aku menyukai
pembicaraan dan kelakarnya. Dia pandai menghibur. Hubungan kami semakin
kuat seiring berjalannya waktu. Dia selalu memujiku dengan kata-kata
yang manis, kata-kata cinta dan rindu. Boleh jadi kata-katanya tidak
demikian sangat indah, tetapi syetan menjadikannya semakin dahsyat. Pada
suatu hari ia meminta untuk mendengar suaraku. Aku menolaknya. Dia terus
merayu bahkan mengancam akan meninggalkanku. Aku berusaha keras menolak
permintaannya, akan tetapi aku tidak mampu. Nggak tahu kenapa, kayaknya
aku sangat takut jika harus dicuekinnya. Akhirnya aku menerima walaupun
bersyarat. Kami menggunakan program untuk percakapan suara, meskipun
program tersebut kurang baik, akan tetapi suaranya bagus dan enak
sekali, ia berkata kepadaku, "suaramu lewat internet kurang jelas,
tolong berikan aku nomer teleponmu".Aku berusaha menolaknya, aku
terkejut dengan sikap aktifnya. Namun rasa takut ditinggal membuat aku
terpaksa memberikan nomor telepon rumah. Hubungan kami semakin
berkembang, kini dia penasaran minta bertemu muka, setelah bosan hanya
mendengar suara. Dia terus merayu agar kami bisa bertemu pandang, jujur
saja aku juga penasaran ingin melihat tampangnya, tapi rasa takut
melanggar syariat Allah membuat aku hati-hati. Kian hari permintaannya
kian memaksa. Akhirnya dengan terpaksa aku memenuhi permintaannya. Kami
saling berjanji, ngedate bertemu di salah satu plaza. Sejak pandangan
pertama aku terkagum padanya, mungkin syetan menghiasi wajahnya dalam
pandanganku sebagai laki-laki yang sempurna. Sebenarnya suamiku tidak
kalah tampan, tetapi syetan menghiasi sesuatu yang haram, menjadi lebih
indah dan tampan. Hanya sekejap berbasa-basi lalu kami pun berpisah.
Setelah itu kami semakin memperkuat hubungan haram itu. Sebenarnya dia
tahu kalau aku sudah bersuami dan ibu dari seorang putri yang cantik
jelita. Waktu berjalan demikian cepat, komunikasi lewat telepon menjadi
sangat sering kami lakukan, hingga datanglah masa, dimana aku mulai
membenci suamiku. Dia menyarankan agar aku minta cerai dari suamiku, dia
berjanji akan menikahiku. Hingga akhirnya terjadilah malapetaka itu…
Pada suatu hari, suamiku dapat tugas kantor ke luar kota selama 5 hari.
Ia menawarkan kepadaku agar aku pergi ke orang tua. Aku merasa inilah
saat yang tepat. Aku menolak tawarannya. Dengan berat hati dia terpaksa
setuju dan meninggalkanku pada hari Jum'at. Aku mulai merasa merdeka.
Aku bisa melakukan apa saja yang ku mau. Ya Ilahi.. inilah awal musibah
itu. Andai hamba boleh memutar jarum waktu. Kan kuputar perjalanan hidup
menjadi lebih indah. Tapi inilah taqdirku yang harus kulalui. Taqdir
yang disebabkan sikap bodohku… Pada hari Sabtu kami janjian untuk
bertemu. Aku dan syetan sepakat untuk menemuinya di plaza, tempat awal
kami bertemu. Setelah ngobrol -ngalor ngidul- dan makan siang di cafe
terdekat, kami jalan-jalan mengelilingi kota dengan mobilnya. Ini
merupakan kali pertama dalam hidupku, keluar rumah bersama laki-laki
asing. Aku merasa gelisah, aku berkata padanya: "Aku tidak ingin waktu
keluar terlalu lama, aku khawatir jika suamiku menelpon atau terjadi
sesuatu". Ia menjawab, "Jika suamimu tahu, mungkin ia akan menceraikanmu
lalu kamu bebas darinya." Ucapannya penuh kebencian terhadap suamiku,
kegelisahanku semakin bertambah. Ia mengalihkan perhatian dengan
pembicaraan sampingan. Tanpa kusadari kami sudah berada di sebuah tempat
yang tidak aku kenal, mirip villa. Aku mulai teriak, "Tempat apa ini?
Kemana engkau akan membawaku? Hanya beberapa detik saja, mobil tiba-tiba
berhenti. Seorang laki-laki membuka pintu mobil dan mengeluar-kanku
dengan paksa. Sementara laki-laki ketiga di dalam villa dan yang ke
empat aku lihat sedang duduk-duduk. Bau aneh menyebar dari tempat
tersebut. Semua kejadian ini datang bagaikan halilintar, aku berteriak,
menangis dan meminta belas kasihan mereka. Karena ketakutan aku
berteriak sekuat tenaga. Sebuah tangan menampar wajahku dengan keras
membuat mulutku terkunci. Kondisinya lebih menyeramkan ketika ada suara
yang membentakku, membuat jiwaku bergoncang dan kehilangan kesadaran.
Akhirnya terjadilah suatu musibah yang tak pernah aku bayangkan
sebelumnya, bahkan terlintas di benak pun tidak. Musibah yang membuat
kehormatanku sebagai wanita suci, hari itu terbang hilang menjadi hina,
lebih hina dari seekor anjing. Sungguh penyesalan bertahun-tahun setelah
kejadian ini, tidak pernah berhasil mengembalikan masa tersebut, masa
dimana seharusnya aku lebih menjaga kehormatanku dari sejak awal
pengaruh syetan mulai merasuk. Setelah siuman dari pingsan, rasa takut
yang begitu besar mulai menyelimuti. Tubuhku gemetar. Tak henti-hentinya
aku menangis. Mereka mengikat kedua mataku lalu membawa ke mobil. Dengan
kecepatan tinggi mereka membawa mobil ke daerah perumahanku lalu mereka
campakkan tubuh yang hina ini dekat tong sampah samping rumah. Aku masuk
rumah dengan cepat, aku menangis dan menangis… hingga air mata kering.
Aku mengurung diri di kamar, tidak melihat putriku, tidak makan barang
sesuap pun. Aku membenci diriku, aku berusaha bunuh diri, aku tidak lagi
mengenal anakku atau merasakan keberadaannya. Suamiku pulang dari
bepergian, kondisiku sangat buruk sekali. Dia membawaku ke rumah sakit
dengan paksa. Dokter memberiku obat penenang. Aku minta suami agar
membawaku ke rumah orangtua. Sesampainya di rumah orang tua aku banyak
menangis. Orang tuaku terheran-heran, gerangan apa yang terjadi. Mereka
mengira ada masalah antara aku dengan suamiku. Suamiku sedih melihat
keadaanku. Dia cuti kerja dua minggu agar lebih dekat denganku. Dia
menolak untuk menceraikanku, ia sangat mencintaiku. Kami telah bersusah
payah membina rumah tangga dan dia tidak ingin menghancurkannya. Aku
menyembunyikan semua rahasia di dadaku. Setiap hari berlalu kesedihanku
kian bertambah pilu. Kehinaan macam apa yang telah menimpaku dari
orang-orang yang rendah itu? Alangkah bodoh dan dungunya aku. Bagaimana
mungkin aku melewati berbulan-bulan menyalurkan perasaan tulusku kepada
orang-orang yang tidak berhak. Dan inilah aku yang menulis kisah ini di
atas ranjang kesakitan dan kekurusan… bahkan menjadi ranjang kematian…
(Hamba Allah)

--
http://www.fastmail.fm - A fast, anti-spam email service.

--
galeuh subaya sundha
pangeran_pengupas_kacang@eml.cc
DUNIA MAYA YANG MENGHANCURKAN KEHIDUPANKU ¸.¸¸.•*❤ ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bagiku hidup ini sudah tidak ada artinya lagi. Aku selalu mengharapkan
kematian setiap saat.Ya Ilahi… Andai aku tidak pernah dilahirkan dan aku
tidak pernah mengenal dunia ini" Kejadian mengenaskan ini bermula dari
persahabatanku dengan seorang teman.. Nia termasuk maniak internet,
hampir tiada hari dia lewati tanpa membuka internet, hal ini membuatku
merasa ingin tahu dunia maya tersebut. Selama masa tersebut aku sering
"perang" dengan suami, tuntutanku agar ia setuju kami berlangganan
internet di rumah.Dia sangat menentang usulan tersebut, aku berusaha
meyakinkannya bahwa aku sering merasa kesepian dan jenuh yang sangat
menyiksa, jika harus tiap hari di rumah tanpa ada yang dikerjakan,
sementara orang tua dan sanak keluarga juga jauh. Setelah melalui rayuan
dan rengekan yang cukup lama akhirnya suamiku setuju. Kini, setiap hari
aku berinternet ria dengan teman-teman. Suamiku tidak lagi mendengar
keluhan atau omelanku. Setiap kali ia keluar rumah, aku langsung
aktifkan internet. Sedemikian antusiasnya nyaris seperti orang gila.
Duduk berjam-jam di depan komputer, kagak ade matinye. Aku mulai sering
berharap dia jarang dirumah, walaupun aku masih tetap mencintainya.
Mengunjungi keluarga dan orang tua sudah mulai aku tinggalkan. Aku
benar-benar sudah menjadi maniak internet. Suamiku sering cemburu dengan
kebiasaan baru ini. Memang aku akui, mengurus anak dan suami sudah
semakin jarang aku lakukan. Ringkasnya aku sudah mengabaikan semuanya.
Dulu aku sering meneleponnya sampai puluhan kali, ketika ia sedang di
luar rumah. Hanya sekedar untuk mendengar suaranya atau bermanja ria.
Sekarang dia tidak lagi mendengar suaraku lewat HP-nya, kecuali jika ada
kebutuhan rumah tangga yang sangat penting. Itu pun sangat jarang
terjadi. Aku faham dia sangat cemburu dan mulai uring-uringan, namun
ketagihan dan keasyikan berchating ria membuatku nggak ambil pusing
dengan kondisinya. Aku mulai sering menjalin hubu-ngan dengan nama-nama
samaran, yang aku tidak tahu apakah pemilik nama-nama itu laki-laki atau
perempuan. Aku berdialog dengan siapa saja yang menyapaku lewat chating.
Dari seluruh teman chatingku, ada satu yang membuat aku menaruh
perhatian besar kepadanya, sebut saja namanya Robert. Aku menyukai
pembicaraan dan kelakarnya. Dia pandai menghibur. Hubungan kami semakin
kuat seiring berjalannya waktu. Dia selalu memujiku dengan kata-kata
yang manis, kata-kata cinta dan rindu. Boleh jadi kata-katanya tidak
demikian sangat indah, tetapi syetan menjadikannya semakin dahsyat. Pada
suatu hari ia meminta untuk mendengar suaraku. Aku menolaknya. Dia terus
merayu bahkan mengancam akan meninggalkanku. Aku berusaha keras menolak
permintaannya, akan tetapi aku tidak mampu. Nggak tahu kenapa, kayaknya
aku sangat takut jika harus dicuekinnya. Akhirnya aku menerima walaupun
bersyarat. Kami menggunakan program untuk percakapan suara, meskipun
program tersebut kurang baik, akan tetapi suaranya bagus dan enak
sekali, ia berkata kepadaku, "suaramu lewat internet kurang jelas,
tolong berikan aku nomer teleponmu".Aku berusaha menolaknya, aku
terkejut dengan sikap aktifnya. Namun rasa takut ditinggal membuat aku
terpaksa memberikan nomor telepon rumah. Hubungan kami semakin
berkembang, kini dia penasaran minta bertemu muka, setelah bosan hanya
mendengar suara. Dia terus merayu agar kami bisa bertemu pandang, jujur
saja aku juga penasaran ingin melihat tampangnya, tapi rasa takut
melanggar syariat Allah membuat aku hati-hati. Kian hari permintaannya
kian memaksa. Akhirnya dengan terpaksa aku memenuhi permintaannya. Kami
saling berjanji, ngedate bertemu di salah satu plaza. Sejak pandangan
pertama aku terkagum padanya, mungkin syetan menghiasi wajahnya dalam
pandanganku sebagai laki-laki yang sempurna. Sebenarnya suamiku tidak
kalah tampan, tetapi syetan menghiasi sesuatu yang haram, menjadi lebih
indah dan tampan. Hanya sekejap berbasa-basi lalu kami pun berpisah.
Setelah itu kami semakin memperkuat hubungan haram itu. Sebenarnya dia
tahu kalau aku sudah bersuami dan ibu dari seorang putri yang cantik
jelita. Waktu berjalan demikian cepat, komunikasi lewat telepon menjadi
sangat sering kami lakukan, hingga datanglah masa, dimana aku mulai
membenci suamiku. Dia menyarankan agar aku minta cerai dari suamiku, dia
berjanji akan menikahiku. Hingga akhirnya terjadilah malapetaka itu…
Pada suatu hari, suamiku dapat tugas kantor ke luar kota selama 5 hari.
Ia menawarkan kepadaku agar aku pergi ke orang tua. Aku merasa inilah
saat yang tepat. Aku menolak tawarannya. Dengan berat hati dia terpaksa
setuju dan meninggalkanku pada hari Jum'at. Aku mulai merasa merdeka.
Aku bisa melakukan apa saja yang ku mau. Ya Ilahi.. inilah awal musibah
itu. Andai hamba boleh memutar jarum waktu. Kan kuputar perjalanan hidup
menjadi lebih indah. Tapi inilah taqdirku yang harus kulalui. Taqdir
yang disebabkan sikap bodohku… Pada hari Sabtu kami janjian untuk
bertemu. Aku dan syetan sepakat untuk menemuinya di plaza, tempat awal
kami bertemu. Setelah ngobrol -ngalor ngidul- dan makan siang di cafe
terdekat, kami jalan-jalan mengelilingi kota dengan mobilnya. Ini
merupakan kali pertama dalam hidupku, keluar rumah bersama laki-laki
asing. Aku merasa gelisah, aku berkata padanya: "Aku tidak ingin waktu
keluar terlalu lama, aku khawatir jika suamiku menelpon atau terjadi
sesuatu". Ia menjawab, "Jika suamimu tahu, mungkin ia akan menceraikanmu
lalu kamu bebas darinya." Ucapannya penuh kebencian terhadap suamiku,
kegelisahanku semakin bertambah. Ia mengalihkan perhatian dengan
pembicaraan sampingan. Tanpa kusadari kami sudah berada di sebuah tempat
yang tidak aku kenal, mirip villa. Aku mulai teriak, "Tempat apa ini?
Kemana engkau akan membawaku? Hanya beberapa detik saja, mobil tiba-tiba
berhenti. Seorang laki-laki membuka pintu mobil dan mengeluar-kanku
dengan paksa. Sementara laki-laki ketiga di dalam villa dan yang ke
empat aku lihat sedang duduk-duduk. Bau aneh menyebar dari tempat
tersebut. Semua kejadian ini datang bagaikan halilintar, aku berteriak,
menangis dan meminta belas kasihan mereka. Karena ketakutan aku
berteriak sekuat tenaga. Sebuah tangan menampar wajahku dengan keras
membuat mulutku terkunci. Kondisinya lebih menyeramkan ketika ada suara
yang membentakku, membuat jiwaku bergoncang dan kehilangan kesadaran.
Akhirnya terjadilah suatu musibah yang tak pernah aku bayangkan
sebelumnya, bahkan terlintas di benak pun tidak. Musibah yang membuat
kehormatanku sebagai wanita suci, hari itu terbang hilang menjadi hina,
lebih hina dari seekor anjing. Sungguh penyesalan bertahun-tahun setelah
kejadian ini, tidak pernah berhasil mengembalikan masa tersebut, masa
dimana seharusnya aku lebih menjaga kehormatanku dari sejak awal
pengaruh syetan mulai merasuk. Setelah siuman dari pingsan, rasa takut
yang begitu besar mulai menyelimuti. Tubuhku gemetar. Tak henti-hentinya
aku menangis. Mereka mengikat kedua mataku lalu membawa ke mobil. Dengan
kecepatan tinggi mereka membawa mobil ke daerah perumahanku lalu mereka
campakkan tubuh yang hina ini dekat tong sampah samping rumah. Aku masuk
rumah dengan cepat, aku menangis dan menangis… hingga air mata kering.
Aku mengurung diri di kamar, tidak melihat putriku, tidak makan barang
sesuap pun. Aku membenci diriku, aku berusaha bunuh diri, aku tidak lagi
mengenal anakku atau merasakan keberadaannya. Suamiku pulang dari
bepergian, kondisiku sangat buruk sekali. Dia membawaku ke rumah sakit
dengan paksa. Dokter memberiku obat penenang. Aku minta suami agar
membawaku ke rumah orangtua. Sesampainya di rumah orang tua aku banyak
menangis. Orang tuaku terheran-heran, gerangan apa yang terjadi. Mereka
mengira ada masalah antara aku dengan suamiku. Suamiku sedih melihat
keadaanku. Dia cuti kerja dua minggu agar lebih dekat denganku. Dia
menolak untuk menceraikanku, ia sangat mencintaiku. Kami telah bersusah
payah membina rumah tangga dan dia tidak ingin menghancurkannya. Aku
menyembunyikan semua rahasia di dadaku. Setiap hari berlalu kesedihanku
kian bertambah pilu. Kehinaan macam apa yang telah menimpaku dari
orang-orang yang rendah itu? Alangkah bodoh dan dungunya aku. Bagaimana
mungkin aku melewati berbulan-bulan menyalurkan perasaan tulusku kepada
orang-orang yang tidak berhak. Dan inilah aku yang menulis kisah ini di
atas ranjang kesakitan dan kekurusan… bahkan menjadi ranjang kematian…
(Hamba Allah)

--
http://www.fastmail.fm - IMAP accessible web-mail